penuh dengan penipuan..

Kita tak akan pernah bisa menyepuh ulang segala impian

dan kenangan yang meranggas perlahan di ringkih hati

lalu menyemai harap, segalanya akan kembali seperti semula

“Karena apa yang tertinggal,” katamu,”seperti sisa jejak kaki

di pasir bibir pantai yang lenyap terhapus hempasan ombak”

Kita hanya akan bisa bersenandung merepih pilu

Dan membuat segenap angan terbang liar mencabik cakrawala

seraya menyimpan segala asa dan rindu

pada diam,

pada keheningan

pada lagu lama yang kita lantunkan

dan bergema lirih hingga ke sudut sepi sanubari

“Karena apa yang kini ada”, ucapmu lagi,”Adalah tempat dimana

angin segala musim bertiup dan arus semua sungai bermuara yang kerap

membuat kita gamang pada pilihan : meniti samar masa depan ataukah

menggenggam nostalgia dan ikut karam bersamanya”



Duka seorang perempuan,
siapa yang tahu,
Mendung di wajahnya
hampa, pedih tak tertanggung.
Sekeping hati setianya
luka bagai dihiris,
Tulus cinta kasihnya
ke mana pergi nilainya?
Punah pengorbanannya
dek api marak yang curang.
Setiap kali tersungkur,
dia bangkit, namun rebah kembali.
Robek perasaannya.

Hati seorang perempuan,
Hanya Tuhan yang tahu.